Metode Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Metode
adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik
metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan
merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam
hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor
guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya
metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih
sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi.
Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode
yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di
tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun
demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak
terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi
mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan
dalam proses belajar mengajar.
Belajar
mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan
menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari
pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran,
dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan
dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran
pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode
campuran.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud metode pembelajaran?
2.
Apa saja macam-macam atau jenis-jenis metode dalam pengajaran?
3.
Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
4.
Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud metode pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui macam-macam metode atau
jenis-jenis metode pengajaran.
3. Untuk mengetahui apa maksud dari pembelajaran kooperatif.
4. Untuk mengetahui apa maksud dari pembelajaran
kontekstual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan
memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat
yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Metode
yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
2. Metode
yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Metode
yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
4. Metode
yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
5. Metode
yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode
yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Jenis-Jenis
Metode Dalam
Pembelajaran
Memilih
berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
menarik. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat tergantung kepada
tujuan, isi, proses belajar mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya,
metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada
yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan dalam
kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa
metode mengajar.
a. Metode
Diskusi (discussion Method)
Metode
diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem Solving) (Muhibbin Syah,2000). Kadang-kadang metode ini
disebut diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized
recitation).
1. Adapun
manfaat dari metode diskusi dintaranya, yaitu :
a) Membantu murid untuk dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dari pada ia memutuskan sendiri.
b) Mereka
tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah.
c) Segala
kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas
hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
d) Membantu
mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan dengan tingkat perhatian
dan derajat bagi anggota kelas.
e) Apabila
dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang
menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepas ide-ide
dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu.
2. Metode
diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a) Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahan.
b) Dengan
pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi,
sekretaris/pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat
duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya.
c)
Para
siswa berdiskusi dikelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok lain untuk menjaga dan emberi dorongan agar diskusi
dapat berjalan lancar.
d) Kemudian
tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya hisil-hasil diskusiditanggapi
oleh semua siswa.
e) Para
siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru mengum-pulkan hasil diskusi
untuk fail kelas.
3. Metode
diskusi memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut :
a) Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipcahkan dengan berbagai jalan.
b) Menyadarkan
anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c) Membiasakan
anak didik mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan sikp toleransi.
4. Ada
beberapa kelemahan metode diskusi yaitu :
a) Tidak
dapat digunakan dalam kelompok yang besar.
b) Peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c) Dapat
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
b. Metode
Demonstrasi (Demontrasi Method)
Yang
dimaksud dengan metode demontrasi adalah metode menga-jar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secra langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000).
Definisi yang mirip menyatakan bahwa metode demontrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang proses atau cara suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, (2000).
1. Adapun
manfaat dari metode demontrasi diantaranya, adalah :
a) Menarik
perhatian siswa agar lebih terfokus.
b) Proses
belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c) Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
2. Ada
beberapa kelebihan metode demontrasi, yaitu :
a) Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b) Memudahkan
berbagai jenis penjelasan.
c) Kesalahan-kesalahan
yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki memalui pengamatan dan contoh
konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
3. Kelemahan
metode demonstrasi sebagai berikut :
a) Anak
didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b) Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan.
c) Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan leh guruh yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Langkah
– langkah dalam melakukan demonstrasi adalah sebgai berikut :
a) Mengatur
tata ruang yang memungkinkan seluruh siswa dapat memperhatikan pelaksanaan
demonstrasi.
b) Menetapkan
yang dilakukan selama pelaksanaan.
c) Mempersiapkan
semua yang dibutuhkan.
d) Memeriksa
apakah semua alat itu dalam keadaan berfungsih atau tidak.
e) Menetapan
langkah pelaksanaan agar efisien.
c. Metode
Ceramah
Metode
ceramah dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian pelajaran dengan melalui
penuturan. Metode ceramah ini termasuk klasik. Namun penggunaanya sangat
populer.banyak guru memanfaat-kan metode ceramah dalam mengajar. Oleh karena
pelaksanaanya sangat sederhana.
Sebagai
suatu sistem penyampaian metode ceramah seringkali dilaku-kan tidak berdiri
sendiri. Ceramah yang baik harus divariasikan dengan metode-metode pembelajaran
lain.
1.
Langkah-langkah pelaksanaan metode
ceramah diantaranya sebagai berikut :
a) Persiapan, tujuan persiapan ini adalah :
1. Menjelaskan
kepada siswatentang tujuan pelajaran dan masalah atau poko-pokok masalah,
apakah yang harus dibahas dalam pelajaran itu.
2. Membangkitkan
bahan apresiasi pada siswa untuk membantu siswa memahami pelajaran yang akan
disajikan.
b) Penyajian, pada tarap ini disajikan bahan yang
berkenaan dengan pokok-pokok masalah.
c) Generalisasi
Pada saat ini unsur
yang sama dan yang berlaianan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan
mengenai pokok-pokok masalah ceramah.
d) Aplikasi
penggunaan
Sekarang pada langah
ini, dimana kesimpulan atau konklusi yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi
sehingga nyata pelaksanaan itu. Manfaat
yang dapat diperoleh dengan mempergunakan metode cermah yaitu, sebagai berikut
:
1) Suasana
kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktifitas yang sama,
sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus.
2) Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat
murid dapat pelajaran sekaligus.
3) Pelajaran
bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan
bahan yang banyak.
4) Fleksibel
dalam penggunaan waktu dan bahan.
2. Disamping
memiliki kelebihan metode ceramah juga memiliki kelemahan diantaranya :
a) Interaksi
cenderung bersifat teacher centered.
b) Guru
kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan
ceramah.
c) Pada
siswa berbentuk konsep-konsep yang lain dari apa yang dimaksud guru.
d) Sering sukar ditangkap maksudnya, bila
ceramah berisi istilah-istilah yang tidak/kurang dimengerti siswa sehingga
mengarah kepada verbilisme dan lain-lain.
d. Metode
Eskperimen
Pelaksanaan
metode demontrasi sering kali diikuti dengan metode eksperimen, yaitu percobaan
tentang sesuatu. Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dan bekerja
sendiri-sendiri. Pelaksanaan eksperimen lebih memperjelas hasil belajar.
Perbedaan demontrasi dan eksperimen ternyata hanya pada pelaksanaanya saja. Menurut Rusyan ( Maulidia, 2011) metode
eksperimen memiliki kelebihan da kelemahan/kekurangan antaralain sebagai
berikut :
1. Kelebihan
dari eksperimen diantaranya :
a) Melatih
disiplin dari siswa melalui eksperimen yang dilakukannya teruma kaitanya dengan
keterlibatan, ketelitian, ketekunan, dalam melakukan eksperimen.
b) Kesimpulan
eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang
dilakukannya sendiri secara langsung.
c) Mengembangkan
sikap terbuka bagi siswa.
d) Melibatkan
aktifitas dan kreatifitas siswa secara langsung dalam pengajaran.
2. Adapun kelemahan metode eksperimen antara
lain :
a) Metode
ini memakan waktu yang banyak.
b) Kebanyakan
metode ini cocok untuk sains dan teknologi
c) Metode
ini memerlkan alat dan fasilitas yang lengkap.
3. Langgkah-
langkah metode eksperimen :
a) Memberikan
penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.
b) Membicarakan
dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi pembelajaran yang perlukan,
variabel perlu diamati dan hal yang perlu dicatat.
c) Menentukan
langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen.
d) Menetapkan
apa follow up eksperimen.
e. Metode
Sosiodrama
Metode
Sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya sering dan dalam pemakaian disilihgantikan. Sosiodrama pada
dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial.
1. Langkah-langkah
metode sosiodrama adalah :
a) Tetapkan
dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.
b) Ceritakan
kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita
tersebut.
c) Tetapkan
siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memaikan peranannya di depan kelas.
d) Jelaskan
kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang
berlangsung.
e) Beri
kesempatan kepaa para pelaku untuk berunding dalam beberapa menit sebelum mereka memainkan peranannya.
f) Akhiri
sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.
g) Akhiri
sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan
yang ada pada sosiodrama tersebut.
h) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama
tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.
2. Kelebihan
Metode Sosiodrama
a) Siswa
melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan me-ngingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai
pemain harus memahami, menghayati, isi cerita secara keseluruhan, terutama
untuk materi yang diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus
tajam dan tahan lama.
b) Siswa
akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para
pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
c) Bakat
yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau
tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d) Kerja
sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e) Siswa
memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama.
f) Bahasa
lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang
lain.
3.
Kelemahan Metode Sosiodrama ialah:
a) Sebagian
Besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
b) Banyak
memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran
maupun pada pelaksnaan pertunjukan.
c) Memerlukan
tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d) Sering
kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan , dan sebagai-nya.
f. Metode
Resitasi
Pengertian
metode rsitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri.
a)
Kelebihan Metode Resitasi sebagai
berikut :
a) Pengetahuan
yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b) Anak
didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri
b)
Kelemahan Metode Resitasi sebagai
Berikut :
a) Terkadang
anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan
temanya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b) Terkadang
tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c)
Sukar memberikan tugas yang memenuhi
perbedaan individual.
g. Metode
Problem Solving
Metode
Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam Problem Solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
1.
Langkah-langkah metode Problem Solving
sebagai berikut :
a) Adanya
masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b. Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut.
d. Menguji
kebebenaran jawaban sementara tersebut.
e. Menarik
kesimpulan
2. Kelebihan
Metode Problem Solving sebagai berikut :
a) Metode
ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
b) Poses
belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c) Metode
ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh
3. Kelemahan
metode Problem Solving sebagai berikut :
a) Menentukan
suatu masalah yang tingkat ksulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampila guru.
b) Proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang
cukup banyak dan sering terpaka mengambil waktu pelajaran lain.
c) Menguah
kebiasaan siswa belajar dengan menggunakan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan masalah sendiri atau
kelompok, yang kadang-kadang memelukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.
f. Metode
Latihan Keterampilan
Yang
dmaksud metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dimana siswa
diajak ketempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dan
sebagainya.
a) Kelebiha
metode Latihan Keterampilan sebagai berikut :
a) Siswa
memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, me-lafalkan huruf, membuat dan
menggunakan alat-alat.
b) Siswa
dapat memperolh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembeagian, tanda-tanda/ simbol dan sbagainya.
c) Dapat
membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan kecepatan pelaksanaan
b) Kekurangan
metode Latihan Keterampilan sebagai berikut :
a) Menghambat
bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawah kepada
penyesuaian dan diarahkan jauh dari perngertian.
b) Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c) Latihan
yang dilaksanakan secara berulang-ulang terkadang merupakan hal yang monoton
dan mudah membosankan.
d) Dapat
menimbulkan verbalisme.
g. Metode
Tanya Jawab
Metode
Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Metode tanya jawab memiliki beberapa
kelihan dan kelemahan sebagai berikut :
1. Kelebihan
Metode Tanya Jawab sebagai berikut :
a) Pertanyaan
dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun itu siswa sedang ribut,
yang mengantuk kembali tegar dan hilang mengantuknya.
b) Merangsang
siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
c) Mengembangkan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat
2. Kekurangan
Metode Tanya Jawab sebagai berikut :
a) Siswa
merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani,
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b) Tidak
mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami
siswa.
c) Waktu
sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
sampai dua atau tiga orang.
d) Dalam
jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa.
C. Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan Paham konstruktivis. Model pembelajaran ini
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.Pembelajaran kooperatif adalah
sebuah strategi pengajaran yang melibatkan partispasi siswa dalam kelompok
belajar dan menekankan pada interaksi
positif di antara mereka. Strategi ini
dilakukan dengan membentuk sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa
orang dengan perbedaan kemampuan (different levels of ability). Anggota
kelompok tersebut bekerja sama dalam aktifitas pembelajaran untuk memperbaiki
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tertentu. Partisipasi setiap anak dalam kelompok
koperatif merupakan hal yang paling
penting dan harus menjadi pertimbangan utama.
Dalam pelaksanaannya, para siswa dihargai atas usahanya baik secara
individual maupun kelompok.
1.
Teori
Yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya tidak
berevolusi dari sebuah teori induvidul atau pendekatan tunggal dalam belajar.
Sesungguhnya, ia berakar pada masa Yunani awal, dan dalam
perkembangannya dapat diketahui dari
hasil karya para psikolog pendidikan dan para teoritisi pedagogis maupun teori
pemrosesan informasi tentang belajar serta teoritisi kognitif dan perkembangan
Piaget dab Vygosky. Sesungguhnya konsep
kelas yang demokratis telah dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya yang
berjudul “Democracy and Education” pada tahun 1969. Menurutnya, seharusnya kelas mencerminkan
masyarakat yang lebih luas dan menjadi
laboratoriun dari kehidupan yang nyata. Paedagogy John Dewey menghendaki agar
guru menciptakan lingkungan belajar yang ditandai oleh prosedur yang
demokratis dan proses ilmiah. Arends
(2004 : 7).
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran
kooperatif dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang
menekankan bahwa belajar adalah proses
berpikir. Selain itu, psikologi humanistik juga mendasari model pembelajaran
ini yang beranggapan bahwa perkembangan kognitif harus diimbangi dengan
perkembangan pribadi. Teori lain yang mendasari model ini adalah teori
Gestalt dan teori Medan. Gestalt
beranggapan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian yang
terpisah. Sementara teori Medan beranggapan bahwa setiap tingkah laku bersumber dari ketegangan (tensión).
Ketegangan itu muncul karena ada
kebutuhan (need). Jika kebutuhan tidak terpenuhi maka selamanya induvidu berada
dalam situasi tegang. Akhir dari ini adalah setiap induvidu membutuhkan
interaksi dengan induvidu lain yang akan membentuk anggota kelompok. Wina
Sanjaya (2006 : 241).
2.
Konsep
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan
diupayakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif menurut Stahl (1994), meliputi sebagai
berikut : a) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. b) Penerimaan yang
menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. c) Ketergantungan yang bersifat
positif. d) Interaksi yang bersifat
terbuka. e) Tanggung jawab individu. f) Kelompok bersifat heterogen. g)
Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif. h) Tindak lanjut (follow up) dengan melakukan
analisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya,
termasuk juga: (1) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan, (2) bagaimana mereka
membantu anggota kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi dan masalah
yang dibahas, (3) bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok
belajar bagi keberhasilan kelompoknya, dan (4) apa yang mereka butuhkan untuk
meningkatkan keberhasilan kelompok belajarnya di kemudian hari. i) Kepuasan
dalam belajar. Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup
untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya.
Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan
akademis dari penggunaan pembelajaran kooperatif akan sangat terbatas (Stahl,
1992). Perolehan belajar siswa pun sangat terbatas sehingga guru hendaknya
mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model
ini dalam pembelajarannya.
Model
pembelajaran kooperatif, berpijak pada kaidah kolektivitas untuk memperoleh
saling pemahaman (mutual understanding). Menurut Slavin (1995: 5), ada
tiga konsep utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok (team
award), pertanggungjawaban individu (individual accountability) dan
kesempatan yang sama untuk berhasil (equal opportunities for sucess). Model
belajar kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan
belajar. Di samping itu, model belajar pembelajaran kooperatif mendorong
peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui
selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam
menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran
yang dihadapi.
Dalam belajar
kooperatif tidak terlihat dominasi siswa yang pandai terhadap siswa di bawah
rata-rata, menurut Slavin (1995: 5) pertanggungjawaban difokuskan pada
anggota tim untuk menolong siswa lainnya dalam belajar. Menurut Johnsons et al
(Felder, 2003) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
melibatkan para siswa bekerja secara kelompok untuk mencapai suatu tujuan
dimana di dalamnya terdapat: (1) positive interdepedence (saling ketergantungan
positif); (2) individual accountability (tanggung jawab perorangan); (3) face
to face promotive interuction (tatap muka); (4) appropriate use of
collaborative skills (komunikasi antar anggota); dan (5) group processing
(evaluasi proses kelompok). Kelima prinsip tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran ditandai dengan struktur tugas,
struktur tujuan dan struktut reward. Struktur tugas menunjukan cara
pelajaran diorganisasikan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa.
Struktur tugas pembelajaran kooperatif adalah menuntut kerja sama dan
interdependensi di antara siswa untuk menyelesaikan tugas secara
bertanggungjawab. Sementara struktur tujuan menunjukkan pada tujuan
yang bersifat induvidualistik, tujuan yang bersifat kompetetif dan struktur
tujuan kooperatif. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada struktur
tujan kooperatif yang melahirkan interdepensi sosial dan kegiatan
bersama membuat usaha siswa di anggap sebagai faktor primer
kesuksesan belajar. Selanjutnya struktur reward juga terbagi ke dalam tiga jenis
yaitu struktur reward induvidualis yang diperoleh siswa apabila berhasil
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, struktur reward kompetetif
diakui usaha induvidul apabila dibandingkan dengan usaha orang lain dan
struktur reward kooperatif diperoleh apabila usaha induvidul dalam
membantu orang lain mendapat sruktut rewardnya. Arends (2008 : 165)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa
tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu
diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran (Ibrahim et al. 2000), yaitu:
A. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran
kooperatif di samping memiliki berbagai tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep yang cukup sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Selain mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
akademik yang diberikan guru.
B.
Penerimaan
terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain
dari model pembelajaran kooperatif ini adalah penerimaan secara luas dari
individu-individu yang berbeda berdasarkan kemampuan akademik, ras, budaya,
kelas dan tingkat sosial. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu individu yang satu dengan yang
lain.
C.
Pengembangan
Keterampilan Sosial
Tujuan penting
lainnya dari pembelajaraan kooperatif adalah, mengajarkan siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial ini penting dimiliki oleh
siswa karena saat ini banyak siswa yang kurang keterampilan sosialnya.
Keterampilan sosial dikembangkan antara lain adalah berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, kompromi dan
sebagainya.
Tujuan
pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok pembelajaran tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sejak awal terbentuknya pendidikan formal, siswa dipicu
agar menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya dan sistem kompetisi ini
tampaknya sangat mendominasi dunia pdidikan, sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
D. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual
Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Pembelajaran kontekstual merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya. Beberapa hal yang digunakan dalam melaksanakan
sistem pembelajaran kontekstual ialah:
1. Pendekatan Kontekstual
a)
Menyandarkan pada pemahaman makna.
b)
Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa.
c)
Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.
d)
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata/masalah yang disimulasikan.
e)
Selalu mengkaitkan informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
f)
Cenderung mengintegrasikan beberapa
bidang.
g)
Siswa menggunakan waktu belajarnya
untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek
dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
h)
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
i)
Keterampilan dikembangkan atas dasar
pemahaman.
j)
Hadiah dari perilaku baik adalah
kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
k)
Siswa tidak melakukan hal yang buruk
karena sadar hal tersebut merugikan.
l)
Perilaku baik berdasarkan motivasi
intrinsik.
m)
Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting.
n)
Hasil belajar diukur melalui penerapan
penilaian autentik.
2. Pendekatan Tradisional
a)
Menyandarkan pada hapalan.
b)
Pemilihan informasi lebih banyak
ditentukan oleh guru.
c)
Siswa secara pasif menerima informasi,
khususnya dari guru.
d)
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
e)
Memberikan tumpukan informasi kepada
siswa sampai saatnya diperlukan.
f)
Cenderung terfokus pada satu bidang
(disiplin) tertentu.
g)
Waktu belajar siswa sebagian besar
dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi
latihan (kerja individual).
h)
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
i)
Keterampilan dikembangkan atas dasar
latihan.
j)
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian
atau nilai rapor.
k)
Siswa tidak melakukan sesuatu yang
buruk karena takut akan hukuman.
l)
Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
m)
Pembelajaran terjadi hanya terjadi di
dalam ruangan kelas.
n)
Hasil belajar diukur melalui kegiatan
akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
3. Penerapan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
a)
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
b)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c)
Ciptakan masyarakat belajar.
d)
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran
e)
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
f)
Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara
4. Beberapa
Komponen Pembelajaran Kontekstual
A.
Konstruktivisme
Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan
B.
Inquiry
Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
C.
Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
D.
Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih
baik daripada belajar sendiri atau tukar pengalaman dan berbagi ide.
E.
Modeling (Pemodelan)
Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
F.
Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir
tentang apa yang telah kita pelajari, mencatat apa yang telah dipelajari, membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
G.
Authentic Assessment (Penilaian Yang
Sebenarnya)
Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual.
5. Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
A.
Kerjasama,
B.
Saling menunjang,
C.
Menyenangkan, tidak membosankan,
D.
Belajar dengan bergairah,
E.
Pembelajaran terintegrasi,
F.
Menggunakan berbagai sumber,
G.
Siswa aktif,
H.
Sharing dengan teman,
I.
Siswa kritis guru kreatif,
J.
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan
hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain,
K.
Laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain
6. Menyusun
Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual,
program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program
tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang
dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya
bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara
program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.
Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah
sebagai berikut.
a)
Nyatakan kegiatan pertama
pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan
antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
b)
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
c)
Rincilah media untuk mendukung kegiatan
itu.
d)
Buatlah skenario tahap demi tahap
kegiatan siswa.
e)
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu
dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode pembelajaran
adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh
guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara
kelompok. Adapun jenis-jenis
metode pembelajaran ialah sebagai berikut:
a. Metode Diskusi
b. Metode Demonstrasi
c. Metode Ceramah
d. Metode Sosiodrama
e. Metode Eksperiment
f. Metode Resitasi
g. Metode Problem Solving
h. Metode Latihan Keterampilan
i.
Metode
Tanya Jawab
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan Paham konstruktivis. Model pembelajaran ini merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Sedangkan pembelajaran kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
B.
Saran
Semoga penilisan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, baik bagi pembaca maupun penilis. Penulisan makalah
ini dibuat dengan ketulusan hati dan dengan keseriusan. Penusilan makalah ini
juga masih memiliki kesalahan dalam penulisan dan masih sangat jauh dari kata
kesempurnaan.
Untuk itu penulis berharap
dalam kesalahan di makalah ini ada sedikit kebenaran dan maafaat bagi kita
semua. Penulis juga berharap dapat kritikan dan saran bagi para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekhilafan dalam menulis atau merangkai
isi di makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis, (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.
Subratha, Nyoman (Tesis : 2007), Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan
Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VII C Sekolah Menengah Pertama (SMP) NEGERI
1 Sukasada.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Dr. Ismail. Sukaedi, M. Ag. 2013. Model-model Pembelajaran Modern.
Jogjakarta: Tunas Gemilang Press.
Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima. 2009.
Komentar
Posting Komentar