Metode Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.

B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud metode pembelajaran?
2.      Apa saja macam-macam atau jenis-jenis metode dalam pengajaran?
3.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
4.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud metode pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui macam-macam metode atau jenis-jenis metode pengajaran.
3.      Untuk mengetahui apa maksud dari pembelajaran kooperatif.
4.      Untuk mengetahui apa maksud dari pembelajaran kontekstual.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
2.      Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3.      Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4.      Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
5.      Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6.      Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.



B.     Jenis-Jenis Metode Dalam Pembelajaran
Memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat tergantung kepada tujuan, isi, proses belajar mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar.
a.       Metode Diskusi (discussion Method)
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem Solving) (Muhibbin Syah,2000). Kadang-kadang metode ini disebut diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
1.      Adapun manfaat dari metode diskusi dintaranya, yaitu :
a)      Membantu murid untuk dapat mengambil keputusan yang lebih baik dari pada ia memutuskan sendiri.
b)      Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah.
c)      Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
d)     Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan dengan tingkat perhatian dan derajat bagi anggota kelas.
e)      Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepas ide-ide dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu.
2.      Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahan.
b)      Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi, sekretaris/pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya.
c)      Para siswa berdiskusi dikelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain untuk menjaga dan emberi dorongan agar diskusi dapat berjalan lancar.
d)     Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya hisil-hasil diskusiditanggapi oleh semua siswa.
e)      Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru mengum-pulkan hasil diskusi untuk fail kelas.
3.      Metode diskusi memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut :
a)      Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipcahkan dengan berbagai jalan.
b)      Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c)      Membiasakan anak didik mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan sikp toleransi.
4.      Ada beberapa kelemahan metode diskusi yaitu :
a)      Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar.
b)      Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c)      Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

b.      Metode Demonstrasi (Demontrasi Method)
Yang dimaksud dengan metode demontrasi adalah metode menga-jar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secra langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Definisi yang mirip menyatakan bahwa metode demontrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang proses atau cara suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, (2000).
1.      Adapun manfaat dari metode demontrasi diantaranya, adalah  :
a)      Menarik perhatian siswa agar lebih terfokus.
b)      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c)      Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat  dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
2.      Ada beberapa kelebihan metode demontrasi, yaitu :
a)      Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b)      Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
c)      Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki memalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
3.      Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a)      Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b)      Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c)      Sukar dimengerti bila didemonstrasikan leh guruh yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4.      Langkah – langkah dalam melakukan demonstrasi adalah sebgai berikut :
a)      Mengatur tata ruang yang memungkinkan seluruh siswa dapat memperhatikan pelaksanaan demonstrasi.
b)      Menetapkan yang dilakukan selama pelaksanaan.
c)      Mempersiapkan semua yang dibutuhkan.
d)     Memeriksa apakah semua alat itu dalam keadaan berfungsih atau tidak.
e)      Menetapan langkah pelaksanaan agar efisien.


c.       Metode Ceramah
Metode ceramah dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian pelajaran dengan melalui penuturan. Metode ceramah ini termasuk klasik. Namun penggunaanya sangat populer.banyak guru memanfaat-kan metode ceramah dalam mengajar. Oleh karena pelaksanaanya sangat sederhana.
Sebagai suatu sistem penyampaian metode ceramah seringkali dilaku-kan tidak berdiri sendiri. Ceramah yang baik harus divariasikan dengan metode-metode pembelajaran lain.
1.      Langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah diantaranya sebagai berikut :
a)      Persiapan, tujuan persiapan ini adalah :
1.      Menjelaskan kepada siswatentang tujuan pelajaran dan masalah atau poko-pokok masalah, apakah yang harus dibahas dalam pelajaran itu.
2.      Membangkitkan bahan apresiasi pada siswa untuk membantu siswa memahami pelajaran yang akan disajikan.
b)      Penyajian, pada tarap ini disajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah.
c)      Generalisasi
Pada saat ini unsur yang sama dan yang berlaianan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah ceramah.
d)     Aplikasi penggunaan
Sekarang pada langah ini, dimana kesimpulan atau konklusi yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata pelaksanaan itu. Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempergunakan metode cermah yaitu, sebagai berikut :
1)      Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktifitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus.
2)      Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat pelajaran sekaligus.
3)      Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
4)      Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
2.      Disamping memiliki kelebihan metode ceramah juga memiliki kelemahan diantaranya :
a)      Interaksi cenderung bersifat teacher centered.
b)      Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
c)      Pada siswa berbentuk konsep-konsep yang lain dari apa yang dimaksud guru.
d)     Sering sukar ditangkap maksudnya, bila ceramah berisi istilah-istilah yang tidak/kurang dimengerti siswa sehingga mengarah kepada verbilisme dan lain-lain.

d.      Metode Eskperimen
Pelaksanaan metode demontrasi sering kali diikuti dengan metode eksperimen, yaitu percobaan tentang sesuatu. Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-sendiri. Pelaksanaan eksperimen lebih memperjelas hasil belajar. Perbedaan demontrasi dan eksperimen ternyata hanya pada pelaksanaanya saja. Menurut Rusyan ( Maulidia, 2011) metode eksperimen memiliki kelebihan da kelemahan/kekurangan antaralain sebagai berikut :
1.      Kelebihan dari eksperimen diantaranya :
a)      Melatih disiplin dari siswa melalui eksperimen yang dilakukannya teruma kaitanya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan, dalam melakukan eksperimen.
b)      Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.
c)      Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.
d)     Melibatkan aktifitas dan kreatifitas siswa secara langsung dalam pengajaran.
2.      Adapun kelemahan metode eksperimen antara lain :
a)      Metode ini memakan waktu yang banyak.
b)      Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi
c)      Metode ini memerlkan alat dan fasilitas yang lengkap.
3.      Langgkah- langkah metode eksperimen :
a)      Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.
b)      Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi pembelajaran yang perlukan, variabel perlu diamati dan hal yang perlu dicatat.
c)      Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen.
d)     Menetapkan apa follow up eksperimen.

e.       Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering dan dalam pemakaian disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
1.      Langkah-langkah metode sosiodrama adalah :
a)      Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.
b)      Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.
c)      Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memaikan peranannya di depan kelas.
d)     Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung.
e)      Beri kesempatan kepaa para pelaku untuk berunding dalam beberapa menit  sebelum mereka memainkan peranannya.
f)       Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.
g)      Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.
h)      Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.
2.      Kelebihan Metode Sosiodrama
a)      Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan me-ngingat  isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati, isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
b)      Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c)      Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d)     Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e)      Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama.
f)       Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
3.      Kelemahan Metode Sosiodrama ialah:
a)      Sebagian Besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
b)      Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksnaan pertunjukan.
c)      Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d)     Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan , dan sebagai-nya.

f.       Metode Resitasi
Pengertian metode rsitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
a)      Kelebihan Metode Resitasi sebagai berikut :
a)      Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b)      Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
b)      Kelemahan Metode Resitasi sebagai Berikut :
a)      Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temanya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b)      Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c)      Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

g.      Metode Problem Solving
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
1.      Langkah-langkah metode Problem Solving sebagai berikut :
a)      Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b.      Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
c.       Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
d.      Menguji kebebenaran jawaban sementara tersebut.
e.       Menarik kesimpulan
2.      Kelebihan Metode Problem Solving sebagai berikut :
a)      Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b)      Poses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c)      Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh
3.      Kelemahan metode Problem Solving sebagai berikut :
a)      Menentukan suatu masalah yang tingkat ksulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampila guru.
b)      Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaka mengambil waktu pelajaran lain.
c)      Menguah kebiasaan siswa belajar dengan menggunakan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memelukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

f.       Metode Latihan Keterampilan
Yang dmaksud metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dimana siswa diajak ketempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dan sebagainya.
a)      Kelebiha metode Latihan Keterampilan sebagai berikut :
a)      Siswa memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, me-lafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b)      Siswa dapat memperolh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembeagian, tanda-tanda/ simbol dan sbagainya.
c)      Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan kecepatan pelaksanaan
b)      Kekurangan metode Latihan Keterampilan sebagai berikut :
a)      Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari perngertian.
b)      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c)      Latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang terkadang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d)     Dapat menimbulkan verbalisme.

g.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab memiliki beberapa kelihan dan kelemahan sebagai berikut :
1.      Kelebihan Metode Tanya Jawab sebagai berikut :
a)      Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang mengantuknya.
b)      Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
c)      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat
2.      Kekurangan Metode Tanya Jawab sebagai berikut :
a)      Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b)      Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.
c)      Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d)     Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

C.    Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan Paham konstruktivis. Model pembelajaran ini merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.Pembelajaran kooperatif  adalah sebuah strategi pengajaran yang melibatkan partispasi siswa dalam kelompok belajar dan  menekankan pada interaksi positif di antara mereka. Strategi  ini dilakukan dengan membentuk sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang dengan perbedaan kemampuan (different levels of ability). Anggota kelompok tersebut bekerja sama dalam aktifitas pembelajaran untuk memperbaiki pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tertentu.  Partisipasi setiap anak dalam kelompok koperatif  merupakan hal yang paling penting dan harus menjadi pertimbangan utama.  Dalam pelaksanaannya, para siswa dihargai atas usahanya baik secara individual maupun kelompok.
1.      Teori Yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya tidak berevolusi dari sebuah teori induvidul atau pendekatan tunggal dalam  belajar.  Sesungguhnya, ia berakar pada masa Yunani awal, dan dalam perkembangannya dapat diketahui  dari hasil karya para psikolog pendidikan dan para teoritisi pedagogis maupun teori pemrosesan informasi tentang belajar serta teoritisi kognitif dan perkembangan Piaget dab Vygosky.  Sesungguhnya konsep kelas yang demokratis telah dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya yang berjudul “Democracy and Education” pada tahun 1969.  Menurutnya, seharusnya kelas mencerminkan masyarakat  yang lebih luas dan menjadi laboratoriun dari kehidupan yang nyata. Paedagogy John Dewey menghendaki agar guru menciptakan lingkungan belajar yang ditandai oleh prosedur yang demokratis  dan proses ilmiah. Arends (2004 : 7).
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan  bahwa belajar adalah proses berpikir. Selain itu, psikologi humanistik juga mendasari model pembelajaran ini yang beranggapan bahwa perkembangan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi. Teori lain yang mendasari model ini adalah teori Gestalt  dan teori Medan. Gestalt beranggapan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian yang terpisah. Sementara teori Medan beranggapan bahwa setiap tingkah laku  bersumber dari ketegangan (tensión). Ketegangan itu muncul  karena ada kebutuhan (need). Jika kebutuhan tidak terpenuhi maka selamanya induvidu berada dalam situasi tegang. Akhir dari ini adalah setiap induvidu membutuhkan interaksi dengan induvidu lain yang akan membentuk anggota kelompok. Wina Sanjaya (2006 : 241).
2.      Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif  menurut Stahl (1994), meliputi sebagai berikut : a) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. b) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. c) Ketergantungan yang bersifat positif.  d) Interaksi yang bersifat terbuka. e) Tanggung jawab individu. f) Kelompok bersifat heterogen. g) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.  h) Tindak lanjut (follow up) dengan melakukan analisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya, termasuk juga: (1) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan, (2) bagaimana mereka membantu anggota kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi dan masalah yang dibahas, (3) bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok belajar bagi keberhasilan kelompoknya, dan (4) apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan keberhasilan kelompok belajarnya di kemudian hari. i) Kepuasan dalam belajar. Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunaan pembelajaran kooperatif akan sangat terbatas (Stahl, 1992). Perolehan belajar siswa pun sangat terbatas sehingga guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajarannya.
Model pembelajaran kooperatif, berpijak pada kaidah kolektivitas untuk memperoleh saling pemahaman (mutual understanding). Menurut Slavin (1995: 5), ada tiga konsep utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok (team award), pertanggungjawaban individu (individual accountability) dan kesempatan yang sama untuk berhasil (equal opportunities for sucess). Model belajar kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Di samping itu, model belajar pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Dalam belajar kooperatif tidak terlihat dominasi siswa yang pandai terhadap siswa di bawah rata-rata,  menurut Slavin (1995: 5) pertanggungjawaban difokuskan pada anggota tim untuk menolong siswa lainnya dalam belajar. Menurut Johnsons et al (Felder, 2003) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan para siswa bekerja secara kelompok untuk mencapai suatu tujuan dimana di dalamnya terdapat: (1) positive interdepedence (saling ketergantungan positif); (2) individual accountability (tanggung jawab perorangan); (3) face to face promotive interuction (tatap muka); (4) appropriate use of collaborative skills (komunikasi antar anggota); dan (5) group processing (evaluasi proses kelompok). Kelima prinsip tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfVpbKv8WsRZ33ypEnCxkpQnUafaiOSZ1t32XSmlpUVc230d-kTP6_znXt4Qeafnxnd3fCVg8Tdm3PN7HpBbc3PI6mYpjGWXfwanwnp7NU5UQP0AG7zym17GWhjzIhrvB_Sx1AKqkibsaa/s400/kooperatif+1.png


3.       Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran ditandai dengan struktur tugas, struktur tujuan dan struktut reward.  Struktur tugas  menunjukan cara pelajaran diorganisasikan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa. Struktur tugas pembelajaran kooperatif adalah menuntut kerja sama dan interdependensi di antara siswa untuk menyelesaikan tugas secara bertanggungjawab. Sementara struktur  tujuan  menunjukkan pada tujuan yang bersifat induvidualistik, tujuan yang bersifat kompetetif dan struktur tujuan kooperatif.  Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada struktur tujan kooperatif yang melahirkan interdepensi  sosial dan kegiatan bersama  membuat usaha siswa di anggap sebagai faktor primer  kesuksesan belajar. Selanjutnya struktur reward juga terbagi ke dalam tiga jenis  yaitu struktur reward induvidualis yang diperoleh siswa apabila berhasil melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, struktur reward kompetetif  diakui  usaha induvidul apabila dibandingkan dengan usaha orang lain dan struktur reward kooperatif  diperoleh apabila usaha induvidul dalam membantu orang lain mendapat sruktut rewardnya. Arends  (2008 : 165)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran  (Ibrahim et al. 2000), yaitu:
A.    Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif di samping memiliki berbagai tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang cukup sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan guru.
B.     Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif ini adalah penerimaan secara luas dari individu-individu yang berbeda berdasarkan kemampuan akademik, ras, budaya, kelas dan tingkat sosial. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu individu yang satu dengan yang lain.


C.     Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting lainnya dari pembelajaraan kooperatif adalah, mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial ini penting dimiliki oleh siswa karena saat ini banyak siswa yang kurang keterampilan sosialnya. Keterampilan sosial dikembangkan antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, kompromi dan sebagainya.

            Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok pembelajaran tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sejak awal terbentuknya pendidikan formal, siswa dipicu agar menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya dan sistem kompetisi ini tampaknya sangat mendominasi dunia pdidikan, sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

D.    Pembelajaran Kontekstual
            Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
            Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. Beberapa hal yang digunakan dalam melaksanakan sistem pembelajaran kontekstual ialah:
1.      Pendekatan Kontekstual
a)      Menyandarkan pada pemahaman makna.
b)      Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
c)      Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
d)     Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
e)      Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
f)       Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
g)      Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
h)      Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
i)        Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
j)        Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
k)      Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
l)        Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
m)    Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
n)      Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

2.      Pendekatan Tradisional
a)      Menyandarkan pada hapalan.
b)      Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
c)      Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
d)     Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
e)      Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
f)       Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
g)      Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
h)      Perilaku dibangun atas kebiasaan.
i)        Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
j)        Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
k)      Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
l)        Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
m)    Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
n)      Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

3.      Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
a)      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b)      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c)      Ciptakan masyarakat belajar.
d)     Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
e)      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
f)       Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

4.      Beberapa Komponen Pembelajaran Kontekstual
A.    Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
B.     Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.


C.     Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
D.    Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri atau tukar pengalaman dan berbagi ide.
E.     Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
F.      Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, mencatat apa yang telah dipelajari, membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
G.    Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
5.      Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
A.    Kerjasama,
B.     Saling menunjang,
C.     Menyenangkan, tidak membosankan,
D.    Belajar dengan bergairah,
E.     Pembelajaran terintegrasi,
F.      Menggunakan berbagai sumber,
G.    Siswa aktif,
H.    Sharing dengan teman,
I.       Siswa kritis guru kreatif,
J.       Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain,
K.    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
6.      Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
            Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
            Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
a)      Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
b)      Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
c)      Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
d)     Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
e)      Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Adapun jenis-jenis metode pembelajaran ialah sebagai berikut:
a.       Metode Diskusi
b.      Metode Demonstrasi
c.       Metode Ceramah
d.      Metode Sosiodrama
e.       Metode Eksperiment
f.       Metode Resitasi
g.      Metode Problem Solving
h.      Metode Latihan Keterampilan
i.        Metode Tanya Jawab
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan Paham konstruktivis. Model pembelajaran ini merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Sedangkan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
B.     Saran
Semoga penilisan makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik bagi pembaca maupun penilis. Penulisan makalah ini dibuat dengan ketulusan hati dan dengan keseriusan. Penusilan makalah ini juga masih memiliki kesalahan dalam penulisan dan masih sangat jauh dari kata kesempurnaan.
Untuk itu penulis berharap dalam kesalahan di makalah ini ada sedikit kebenaran dan maafaat bagi kita semua. Penulis juga berharap dapat kritikan dan saran bagi para pembaca, agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekhilafan dalam menulis atau merangkai isi di makalah ini.  


DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis, (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.
Subratha, Nyoman  (Tesis : 2007), Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif           dan  Strategi Pemecahan Masalah untuk  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa    Kelas   VII C Sekolah Menengah Pertama (SMP) NEGERI 1 Sukasada.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Dr. Ismail. Sukaedi, M. Ag. 2013. Model-model Pembelajaran Modern. Jogjakarta: Tunas Gemilang Press.
Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran.  Bandung. CV Wacana Prima. 2009.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI KOSMOGRAFI

Catatan Ashari: Selimbau Kotaku

Madu Danau Sentarum, khas Selimbau Kapuas Hulu